Sunday, July 2, 2017

HIDUP ADALAH REALITA
     ALKISAH.....GAMBARAN SEBUAH KEHIDUPAN MENCERITAKAN Adalah seorang laki laki setengah  baya sedang sibuk memperbaiki saluran irigasi di sawahnya,agar air yang mengalir ke sawahnya yang letaknya lumayan jauh dari sungai kecil tetap teraliri air dengan cukup,tak peduli keringat mulai tampak membasahi sebagian dan mulai menetes diwajahnya.Rasa haus barangkali juga sudah dirasakannya,namun laki laki itu tetap tegar dan bertahan.tak peduli juga sesekali cipratan air dan lumpur mengenai badan dan  rambutnya,dia tetap semangat dan tak menunjukkan rasa lelah.Berperawakan sedang,dengan kulit sawo matang cenderung gelap dan berambut lurus,laki laki setengah baya itu terus dan tanpa henti melakukan pekerjaannya.Tampak diwajahnya,adalah sosok pekerja keras ,  Sebut saja pak Karto marmo.
       Dari hari ke hari dan waktu ke waktu,pak kartomarmo tak pernah mengeluh untuk tiap tetes keringat yang ia keluarkan,demi bisa menghidupi sembilan anaknya yang masih lumayan kecil kecil.Dengan jarak kelahiran yang tidak terlalu jauh,rasanya begitu repot dan sangat ribet dalam menjalani keseharian hidupnya.Namun pak kartomarmo selalu tampak sumpringah dan menganggap  semua yang dia terima adalah anugerah dari yang maha kuasa.
           Matahari mulai beranjak tinggi ketika pak kartomarmo memutuskan untuk pulang,makan dan berkumpul sama sembilan anaknya,mereka adalah Tugiman,Tugito,Tuginem,Tugimin,Tugini,Turahman,tulkiyem.Tumirah dan Tukijah, yang pasti sudah menunggu dengan setia dirumah,apalagi untuk anak anaknya pak kerto selalu membawakan sesuatu yang bisa dimakan.Bukan dari membeli melainkan apa apa yang bisa dia petik di sepanjang jalan menuju pulang selama itu bukan dari mencuri.bisa saja itu buah ceri kampung atau yang populer dengan kersen,ato jambu batu yang banyak tumbuh liar di tepian jalan tanpa ada yang menanamnya.Dengan cinta kasih yang tulus dan penuh cinta poniyem istri pak kartomarmo juga adalah istri yang sangat solekha,ajaran agama yang ia terima,bisa ia bawakan dengan baik untuk bagaimana caranya agar bisa menjadi seorang istri dan ibu yang baik.
          Menjelang magrib,poniyem selalu mengoprak oprak ke sembilan anaknya untuk segera bersiap siap menuju surao yang tempatnya tak jauh dari rumahnya agar anak anaknya bisa mengikuti sholat berjamah bersama pak kyai pemakmur surau disitu.Karna sepasang suami istri adalah pak kartomarmo dan poniyem,menaruh harapan besar agar anak anaknya kelak bisa tumbuh menjadi pribadi yang bisa membawa hidup sesuai dengan yang seharusnya.Lepas waktu isya,kesembilan anaknya berkumpul untuk makan   malam,bukan keluarga yang dengan etika makan cukup tinggi,setelah masing masing mengambil jatah makan,mereka buyar mencari dan duduk di tempat faforit masing masing,ada yang di ruang depan,tengah,teras bahkan ada yang sengaja makan didapur,meski pak kartomarmo dan poniyem selalu duduk di lantai ruang tengah,namun itulah kebahagiaan mereka dengan ukuran pemikiran masing masing mereka.
          Paginya pak kartomarmo kembali sibuk dengan pekerjaannya,yang kadang beberapa anak laki lakinya yang sudah cukup besar ikut membantu pekerjaan sawahnya,sementara yang lain dirumah membantu segala sesuatu yang harus dikerjakan menurut kebutuhan.Begitulah hidup dan kesederhanaan hidup keluarga besar itu tampak nyata dan mengasikkan.
                                                 
                                                              *****

          Singkat cerita waktu berjalan terasa begitu cepat,suatu hari sehabis menunaikan sholat isya,suasana rumah terasa sangat legang dan sepi.
          “Makne...begitu pak kartomarmo memyebut istrinya,rasanya baru kemarin kamu menimang dan memandikan anak anak kita ya,sekarang rasanya kita seperti sendiri setelah sang waktu membesarkan mereka.Bahkan sepertinya waktu juga yang telah menjauhkan kita dari mereka,setelah ke sembilan anak kita mengarungi dan menjalani hidup masing masing berrsama suami dan istri mereka “ Kalimat pak kartomarmo mengandung sedikit kepiluan.
          “Yah mau bagaimana lagi pak ne,inilah hidup yang harus kita terima dan jalani dengan lapang dada”jawab poniyem sambil membawakan sepiring singkong rebus yang di ambilnya dari kebun belakang.
          “Tapi ada yang sesungguhnya mengganjal di batinku makne,”lanjut pak kartomarmo seraya mengambil sepotong singkong rebusnya.
          “Apa itu pakne?” tanya poniyem tidak mengerti
          “Iya,rasanya kita berusaha mendidik anak kita dengan baik ya makne,kita ajarkan tata cara hidup sesuai tuntunan gusti alloh,agar mereka bisa tahu bagaimana berlaku baik pada kita sebagai orang tuanya,”nada bicara pak kartomarmo masih dengan nada pilu,                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         
          “Ya mau bagaimana lagi pakne,mereka sekarang sudah pada misah dan punya keluarga sendiri sendiri,mungkin repot,tak ada waktu untuk menengok kita disini,ya jika kemarin kemarin belum sempat,siapa tahu besok besok ada yang datang kemari pakne,bersbarlah” hibur poniyem pada suaminya.
           Sebenarnya dihati kecil pak kartomarmo masih ingin bicara banyak tentang kepiluan dan kesedihan hatinya pada poniyem,namun perkataan yang keluar dari mulut istrinya menghentikan niat pak kartomarmo.Dengan mengambil sepotonng singkong rebus lagi,pak kartomarmo diam dan menikmati singkongnya,untuk kemudian dia bangun dan berjalan menuju kamar tidurnya.sementara poniyem segera mengambil piring singkong lalu membawanya ke dapur,untuk kemudian menyusul ke kamar tidur.

                                                                               *****

     
          Angin malam berhembus cukup dingin,walau masih belum terlalu larut,pak kartomarmo mengajak poniyen tidur,sekalipun kenyataannya belum mengantuk,namun sepi yang terasa senyap membuat pak kartomarmo malas berlama lama diruang yang sekian taun lalu ramai oleh celoteh dan obrolan dari sembilan anaknya yang kini hanya tinggal kenangan.
         Malam semakin dingin dan terasa waktu berjalan kian melambat.tapi biarlah secepat apapun waktu berjalan,esok hari juga keadaan tidak akan berubah,tetap sepi dan menyakitkan.Tiba tiba
        “Makne,besok pergilah kau ke pasar,untuk membeli kuali yang besar .” kata pak kartomarmo pada poniyem.
          “Untuk apa pak ne?” tanya poniyem
          “Nanti juga kamu akan tahu.”jawab pak kartomarmo tanpa penjelasan.Mmaka benar ketika esok tiba Poniyem segera berangkat ke pasar sesuai permintaan suaminya.Sesampainya di  pasar poniyem langsung menuju tempat di mana barang barang grabah itu dijual.Tak berapa lama setelah juga membeli kebutuhan yang lain yang diperlukan,poniyem segera pulang,ia tak ingin terlalu lama diperjalanan,karna cukup berat membawa kuali besar yang di dalamnya di isi banyak belanjaan.
          Enam bulan kemudian,pak kartomarmo melegakan waktunya untuk mengunjungi kesembilan anaknya,dia datangi satu persatu rumahnya,dengan maksud mengundang agar mereka semua bisa dtang berkumpul ,pak kartomarmo ingin berwasiat untuk mereka.Alkisah pada hari yang telah ditentukan ,kesembilan anaknya datang berkunjung beserta seluruh anak anaknya yang berarti mereka adalah cucu dari pak kartomarmo.Entah berapa banyak jumlah dari mereka,sang kakek bahkan tak tahu nama dari mereka satu persatunya.Suasana dua puluh lima tahun silam kembali bergema di rumah pak kartomarmo,poniyempun sangat bersuka cita didatangi anak menantu dan cucu yang jumlahnya sudah cukup banyak.
          Habis makan siang ,pak kartomarmo berbicara pada seluruh anak cucunya.Dengan bahasa yang sudah ditata dan di pikirkan pak kartomarmo mulai berwasiat.
          “Anak anakku  semua,dua puluh lima tahun yang lalu kalian belum seperti sekarang ini,masih kecil dan slalu berkumpul disini,suasana itu sangat aku rindukan,kalian dengan sabar menunggu bapak pulang dari sawah untk mendapatkan oleh oleh yang bapak bawakan,meski itu hanya sebuah kersen dan jambu batu yang bapak petik di jalanan.Kini semuanya semua sudah berubah,kalian bukan lagi anak kecil yang menanti bapak pulang,kalian sekarang...”.belum lagi pak kartomarmo melanjutkan kalimatnya,si sulung tugiman berkata,...
         “Sudahlah pak..tak usahlah panjang lebar bapak berkata kata,katakan saja ada apa dan mengapa bapak mengundang kami kami ke sini.” Ucap Tugiman tidak sopan
          “Betul pak,segeralah sampaikan untuk apa kami diundang,kami masih abanyak pekerjaan yang harus diselesaikan.”tambah tugini anak perempuannya.mendengar itu sebenarnya hati pak kartomarmo hancur,juga poniyem yang sekalipun sedang sibuk menyayang cucunya,namun telinga poniyem cukup jelas mendengar,sejenak poniyem menatap wajah suaminya,memberi isyarat agar menahan sakit hatinya,
          “Baiklah anak anak ku...siapapun kalian adalah anak anakku,yang lahir dari rahim ibumu ,sekarang kalian tengoklah ke atas sana,”kata pak kartomarmo sambil menunjuk kuali besar yang dicat dengan warna emas,tergantung kuat dibawah  kayu atap tertinggi di rumahnya.Serentak dari kesembilan anaknya menengok ke atas,ternyata benar,pemandangan yang tak terbayangkan terlihat oleh mereka,berbagai macam pikiran bermain di otak kesembilan anaknya,bayangan harta karun yang suatu saat akan jatuh dan dibagikan pada mereka,menari nari dimasing masing benak mereka.
          “Apakah gerangan itu ayah,?”tanya tugimin sambil mengambilkan air minum ayahnya,memberikannya seraya menyuruhnya minum agar tenggorokan ayahnya terasa lebih segar Sungguh kebiasaan yang janggal dan tampak nyata ucapan yang kental dengan basa basi.
          “Ayah dan ibumu termakan oleh waktu dan usia,tidak mungkin akan hidup selamanya,kami memang tak memiliki hektaran tanah uyang bisa dibagikan untuk kalian,namun ada sesuatu di dalam sana yang bisa kalian bagi saat kami sudah tiada,biar adil dan tidak menimbulkan pertengkaran,undanglah pak modin untuk membagikan.”wasiat pak kartomarmo.Berita itu bak sinar matahari yang bersinar terang masuk menerobos dinding baja,menembus angan dan pikiran anak anaknya seakan sebuah pencerahan kehidupan yang tak pernah terlintas dalam mimpinya.mengingat ayah ibunya bukan golongan orang yang kaya harta,namun siapa yang mampu mengukur rejeki manusia,barangkali selepas ayah dan ibunya tidak membiayai kesembilan anaknya,ayah ibu bisa menabung dengan baik,pikiran yang sama bersarang hampir di masing masing otak kesembilan anaknya.



                                                                        *****

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

- Copyright © Cerita Rakyat -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -